Dolar AS Menguat Jelang Keputusan Kebijakan Fed
Nilai
tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Rabu (30/10) pagi belum
bergerak nilainya atau stagnan di posisi Rp 11.105 per dolar AS. Kepala Riset
Trust Securities, Reza Priyambada mengatakan bahwa pelaku pasar masih menanti
hasil pertemuan bank sentral AS (the Fed) pada Selasa (29/10) dan Rabu (30/10),
sehingga fluktuasi di pasar uang cenderung mendatar.
"Pelaku pasar sedang menanti hasil pertemuan the
Fed dua hari ini. Pelaku pasar pun cenderung menahan transaksinya di pasar uang
sebagai langkah antisipasi terhadap hasil pertemuan Komite Pasar Terbuka
Federal (FOMC) the Fed itu," katanya di Jakarta, Rabu (30/10).
Ia
menambahkan bahwa sempat tertekannya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada
Selasa (29/10) bisa saja membuka tren penguatan jika nantinya pertemuan the Fed
itu menghasilkan kebijakan yang sesuai harapan pasar. Sentimen dari dalam
negeri, lanjut dia, momentum penguatan rupiah masih terbuka seiring ekspektasi
pasar bahwa inflasi Oktober tahun ini tidak terlalu tinggi atau masih sesuai
estimasi pemerintah di bawah 0,4 persen.
Kepala
Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra indeks mata uang dolar AS terhadap
rupiah cenderung masih mendatar pada hari ini dikarenakan investor masih
bersikap waspada terhadap rapat FOMC. "Dolar AS masih berpotensi mengalami
tekanan akibat ekspektasi pemangkasan stimulus The Fed akan lebih lama
dibanding perkiraan sebelumnya," katanya.
Tanggapan:
Penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS
cukup mengkhawatirkan karena dapat memicu tingkat inflasi dan berkurangnya
minat para investor untuk berinvestasi di Indonesia. Para pelaku pasar harus terus
mewaspadai keadaan tersebut karena akan berpengaruh juga terhadap ekspor dan
impor dalam perdagangan internasional. Terlebih jika kenaikan dolar terhadap
rupiah berlangsung lama, tentu pemerintah harus cepat tanggap dan memberikan
kebijakan yang mampu meredam dampak-dampak negatif dari kenaikan nilai tukar
dolar AS terhadap rupiah.